Indonesia di Jalur Gaza
Akhir-akhir ini sering terjadi kerusuhan di berbagai daerah di negara kita tercinta Indonesia. Ayas sampai bosan melihat berita di televisi yang isinya hanya berita-berita kerusuhan (makanya ayas males liat TV). Penyebabnya pun sangat beragam. Ada yang disebabkan ketidakpuasan pada kinerja pemerintah, gesekan antaretnis, gesekan antargang, bahkan hanya disebabkan fanatisme yang berlebihan terhadap tim sepakbola (tepatnya bal-balan) favoritnya. Sering kita lihat di TV dampak dari kerusuhan adalah jatuhnya korban jiwa dan rusaknya fasilitas umum. Ayas sampai geram sendiri melihat pengrusakan dan permusuhan yang benar-benar merugikan.
Menurut ayas, emosi yang tak terbendung adalah penyebab utama kerusuhan. Emosi tingkat tinggi akan menyebabkan seseorang atau sekelompok orang akan menjadi beringas dan merusak apa yang ada di sekitarnya. Tentu hal ini dapat merugikan masyarakat. Rusaknya fasilitas umum yang notabene dibangun dari uang rakyat (pajak) menghambat kehidupan sehari-hari. Kalau kerusuhan semakin sering terjadi, kehancuran negara ini tinggal menunggu waktu.
Terlepas dari kerusuhan-kerusuhan di Indonesia, kita bergeser ke sisi timur jauh Indonesia, tepatnya Palestina, tepatnya lagi di Jalur Gaza. Bombardir tentara Israel menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza. Banyak warga sipil yang menjadi korban dan kehilangan keluarganya. Dunia internasional pun segera bergerak. Berpuluh-puluh kapal yang mengangkut ratusan relawan dan bahan-bahan makanan mulai merangsek masuk ke perairan Israel. Meskipun tentara Israel beberapa kali menembaki kapal dan melukai relawan, namun mereka tetap bertekat membantu masyarakat di Jalur Gaza.
Melihat hal ini, ayas berfikir, daripada ribuan masyarakat Indonesia terus-terusan melakukan kerusuhan dan merusak fasilitas negara sendiri, bukankah lebih baik mereka dikirim ke Jalur Gaza sebagai relawan. Selain bertujuan mulia dengan membantu warga Palestina, mereka bebas melampiaskan emosinya pada “musuh baru” masyarakat internasional yaitu Israel demi terciptanya kedamaian dunia. Hasilnya, Indonesia akan tercatat membantu perdamaian dunia, mengurangi tindak kerusuhan dan kerusakan fasilitas negara, serta menunjukkan pada dunia internasional bahwa Indonesia merupakan negara pecinta damai. Ujutes nawak-nawak???
(NB: artikel ini tidak bertujuan sebagai provokasi, rasis, dan hal-hal buruk lainnya.)
Menurut ayas, emosi yang tak terbendung adalah penyebab utama kerusuhan. Emosi tingkat tinggi akan menyebabkan seseorang atau sekelompok orang akan menjadi beringas dan merusak apa yang ada di sekitarnya. Tentu hal ini dapat merugikan masyarakat. Rusaknya fasilitas umum yang notabene dibangun dari uang rakyat (pajak) menghambat kehidupan sehari-hari. Kalau kerusuhan semakin sering terjadi, kehancuran negara ini tinggal menunggu waktu.
Terlepas dari kerusuhan-kerusuhan di Indonesia, kita bergeser ke sisi timur jauh Indonesia, tepatnya Palestina, tepatnya lagi di Jalur Gaza. Bombardir tentara Israel menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza. Banyak warga sipil yang menjadi korban dan kehilangan keluarganya. Dunia internasional pun segera bergerak. Berpuluh-puluh kapal yang mengangkut ratusan relawan dan bahan-bahan makanan mulai merangsek masuk ke perairan Israel. Meskipun tentara Israel beberapa kali menembaki kapal dan melukai relawan, namun mereka tetap bertekat membantu masyarakat di Jalur Gaza.
Melihat hal ini, ayas berfikir, daripada ribuan masyarakat Indonesia terus-terusan melakukan kerusuhan dan merusak fasilitas negara sendiri, bukankah lebih baik mereka dikirim ke Jalur Gaza sebagai relawan. Selain bertujuan mulia dengan membantu warga Palestina, mereka bebas melampiaskan emosinya pada “musuh baru” masyarakat internasional yaitu Israel demi terciptanya kedamaian dunia. Hasilnya, Indonesia akan tercatat membantu perdamaian dunia, mengurangi tindak kerusuhan dan kerusakan fasilitas negara, serta menunjukkan pada dunia internasional bahwa Indonesia merupakan negara pecinta damai. Ujutes nawak-nawak???
(NB: artikel ini tidak bertujuan sebagai provokasi, rasis, dan hal-hal buruk lainnya.)
sudah saatnya kita introspeksi diri dan tidak hanya memikirkan bangsa sendiri, tapi kita juga harus memikirkan saudara2 kita di palestia sana
ReplyDelete