Tercemar Limbah, Gagal Panen

Pacitan - Sebagian petani di Kecamatan Ngadirojo, Pacitan, hanya bisa mengelus dada. Pasalnya, panen padi kali ini tidak seperti yang diharapkan. Bahkan, mengalami penurunan signifikan. Tidak sedikit yang gagal panen lantaran puso.

Diantaranya seperti yang dialami Parwadi, 60, warga Desa Pagerejo, Kecamatan Ngadirojo. Kendati sudah sekitar 80 hari merawat tanaman padinya, namun harus siap-siap gigit jari. Dari beberapa petak lahan tanaman padinya, hanya satu petak saja yang menghasilkan. Meski demikian, hasilnya tidak maksimal. "Baru kali ini gagal panen," kata Parwadi, kemarin (11/7).

Ditanya mengenai gagal panen yang dideritanya kali ini, Parwadi mengaku tidak tahu pasti. Namun, dia menduga tanaman padinya puso karena beberapa hal. Di antaranya, air di sawah yang tidak mau surut dan akibat limbah penambangan di Desa Kluwih.

Sebab, setiap turun hujan, air di sawah berubah warna menjadi kemerahan. Namun, setelah air mulai menyurut, warna pun berubah menjadi kehitaman. Terlebih, irigasi persawahan di lokasi itu masih menggantungkan debit air dari Sungai Tileng. Padahal, sungai itu menjadi pembuangan air limbah dari aktivitas penambangan di Desa Kluwih, Kecamatan Tulakan.

Areal persawahan di desa itu hampir semuanya mengalami hal serupa. Bahkan, ada yang kondisinya cukup parah. Sebab, hampir satu petak sawah tanaman padi mati. Jika ada yang hidup, tanaman padi itu mengalami puso. Sementara air di sawah masih berwarna kecoklatan. Heru Puspo, anggota DPRD Pacitan, membenarkan adanya sebagian petani di wilayahnya yang mengalami gagal panen. Diduga, disebabkan sistem irigasi yang ada tidak terkelola dengan baik. Sehingga, saat terjadi hujan deras, air menggenangi areal persawahan. Parahnya, air tersebut tidak segera surut. "Sistem irigasi perlu diperbaiki," kata anggota dewan dari Dapil Ngadirojo-Sudimoro ini.

Jika areal persawahan terus tergenang air, berdampak pada pertumbuhan tanaman padi. Apalagi, jika sudah saatnya berbuah, kebutuhan air harus dibatasi. Di sisi lain, kondisi itu membuat lembab dan munculnya sejumlah hama, seperti belalang.

Menanggapi terjadinya puso akibat air limbah kegiatan penambangan, Heru mengaku tidak tahu. Sebab, dulu air tersebut pernah diambil dinas terkait untuk diteliti ke laboratorium. Namun, sampai saat ini hasil uji laborat belum juga diketahui. Karena itu, Heru Puspo meminta dinas terkait untuk melihat kondisi tersebut. Dengan begitu, dinas terkait bisa secepatnya mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Di sisi lain, hal itu tidak menimbulkan pertanyaan di masyarakat, khususnya petani. "Jika persoalannya mengenai irigasi, segera diperbaiki. Sebaliknya, jika ada kaitannya dengan air limbah penambangan juga perlu dicarikan solusinya," kata Heru.

Source: Radar Madiun, Jawa Pos

Comments