Konsistensi Musik Ska di Tanah Air

Musik ska belum mati! Setidaknya, itulah yang coba dibuktikan Tipe-X dan Shaggy Dog. Mereka berusaha keras menjaga eksistensi di tengah banjirnya musik berjenis mainstream di Indonesia.



Bagi pencinta musik Indonesia, nama Tipe-X tentu tak asing lagi di telinga mereka. Band yang terbentuk pada September 1995 tersebut memang menyajikan warna musik yang berbeda di mata pencinta musik Indonesia. Yaitu, lewat suguhan musik ska yang mengutamakan dance energik.

Hasilnya pun sukses besar. Beberapa karya mereka, seperti Genit, Angan, dan Salam Rindu, mendapatkan apresiasi tinggi dari masyarakat. Bahkan, saking booming-nya, album kedua mereka yang bertitel Mereka Tak Pernah Mengerti (2001) dianugerahi Triple Platinum. Keberhasilan yang mereka raih mengilhami lahirnya band-band ska lain di Indonesia.

Sejak saat itu, band dengan personel Tresno Riadi (vokal), Micky (bas), Yoss (gitar), Billy (gitar), Anto (trombon), dan Andi Toha (saksofon) kontinu berkarya. Album-album yang mereka keluarkan masih mendapat respons positif dari masyarakat, meski tidak sedahsyat album sebelumnya.

Kini, mereka kembali menyapa para penggemar musik ska. Materi baru Tipe-X adalah Festival Perasaan. Penggarapan album baru itu memang memakan waktu cukup lama. Hampir dua tahun. Sebab, mereka dihinggapi rasa jenuh setelah hampir 15 tahun berkarya.

Tipe-X juga melakukan beberapa kolaborasi pada album terbarunya. "Kolaborasi dengan Marcel cukup unik. Sebab, dia tidak mengisi vokal, namun sebagai drumer pada lagu Ciuman Pertama. Ternyata, permainannya klop dengan musik yang kami mainin," jelas Tresno.




Band ska lain yang mencoba menjaga eksistensi adalah Shaggy Dog. Band asal Jogja itu melakukannya dengan selalu merilis album. Yang terbaru, mereka merilis album kelima yang diberi titel Bersinar. Di album itu, Shaggy Dog ingin membuktikan eksistensi musik ska.

Nuansa ska yang asyik tetap mereka pertahankan. Namun, beberapa improvisasi ditambahkan band yang berisi Heru (vokal), Raymond (gitar), Bandizt (bas), Lilik (keyboard), Richard (gitar), dan Yoyok (drum). Salah satu caranya, menggunakan instrumen tradisional seperti gendang.

Tujuannya, musik yang dimainkan menjadi lebih berwarna dan bervariasi. Jadi, musik mereka mampu dinikmati masyarakat luas. Selain itu, di album ini mereka mengajak kolaborasi musisi reggae asal Jerman, Dr Ring Ding.

Selama ini, Shaggy Dog memang memiliki basis penggemar fanatik yang disebut Doggies. Tak hanya di dalam negeri, namun sampai di luar negeri. Karena itu, tur di luar negeri telah menjadi makanan sehari-hari mereka. Salah satu negara yang pernah mereka kunjungi adalah Belanda. Semangat band-band ska itu patut diapresiasi. Ayo kawan, bangkit dari tidur panjangmu!

Source: Jawa Pos

Comments

  1. kalo leh comment aw ada tuh nama bandSKA PAPAN LUNCUR keren jg om...
    tapi mo tau nyari lagunya ada yang tau gak?... thanks wat infona...

    ReplyDelete

Post a Comment