Peningkatan Produktivitas dan Mutu Tanaman Buah





Untuk meningkatkan produktivitas dan mutu buah, maka diperlukan pembibitan yang baik. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah usaha memperbanyak tanaman buah-buahan dengan menggunakan perbanyakan secara vegetatif seperti stek, cangkok, okulasi (tempel), grafting (sambung) dan kultur jaringan. Keuntungan perbanyakan secara vegetatif antara lain sifat tanaman yang sesuai dengan sifat tanaman induknya, mempercepat tanaman berbuah atau memperpendek masa juvenil (masa tanaman belum menghasilkan). Usaha pembibitan tanaman buah-buahan banyak terdapat di Indonesia, sebagai contoh Majalengka terkenal sebagai sentra produksi bibit mangga, rambutan dan jeruk, Lampung terkenal sebagai sentra produksi bibit rambutan dan Bogor terkenal sebagai sentra produksi bibit durian. Untuk Kawasan Indonesia Tengah, Bali merupakan salah satu sentra produksi bibit tanaman buah-buahan. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan yang terus berkembang ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pekebun buah terhadap bibit buah-buahan sehingga produksi buah meningkat dan dapat memenuhi konsumsi buah dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan buah dalam negeri, pemerintah berusaha meningkatkan produksi buah-buahan dengan cara mengembangkan agribisnis buah-buahan. Namun peningkatan produksi saja tidaklah cukup tanpa dibarengi dengan peningkatan mutu buah-buahan.

Sedangkan untuk pemasaran hasil tanaman buah, juga perlu penanganan pasca panen yang baik menggunakan teknologi. Teknologi yang digunakan mencakup penentuan saat panen, seleksi/grading, perlakuan sebelum pengemasan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan.

Penundaan Saat Panen
Kegiatan panen adalah saat yang dinantikan oleh seluruh petani dalam melakukan usahatani. Sehingga wajar bila panen ini mendapat perhatian yang cukup. Namun, adakalanya kita sering keliru dalam menentuan saat panen. Kekeliruan ini tentu saja akan berakibat kurang baik misalnya bila pemanenan dilakukan sebelum saatnya, produk kita menjadi tidak laku karena masih mentah. Begitu pun sebaliknya, bila pemanenan dilakukan setelah waktu panen maka produk kita akan rusak/busuk saat sampai di tujuan. Untuk menentukan saat panen buah-buahan, tentulah harus mengetahui tingkat kemasakan buah. Banyak cara untuk mengetahui tingkat kemasakan buah, namun tentu saja berbeda penanganannya di lapangan. Secara umum penentuan saat panen dapat dilakukan dengan cara visual (ukuran, bentuk, warna kulit), fisik (kekerasan, berat jenis) maupun kimia (kadar PTT, asam, nisbah PTT/asam, pati, perhitungan umur buah dan fisiologisnya.

Cara Panen
Cara panen yang baik akan mengurangi/menghindarkan buah dari kerusakan mekanis sehingga pemetikan yang baik dapat dilakukan secara manual dengan memilih buah yang cukup matang dan memperhitungkan waktu panen yang tepat. Buah yang dipilih haruslah buah yang betul-betul memenuhi persyaratan pertama tadi. Buah yang telah dipanen seharusnya tidak diletakkan di bawah sinar matahari langsung. Bila memungkinan dan memadai, maka buah tersebut diangin-anginkan dan disimpan di tempat pre-cooling.

Seleksi dan Grading
Tidak semua buah yang dipanen berkualitas dan bagus penampilannya. Apalagi bila hasil panen tersebut dimaksudkan untuk dijual terutama diekspor ke manca negara. Oleh sebab itu kegiatan seleksi (sortasi) dan grading (pengkelasan) sangat perlu diperhatikan mulai di tingkat petani. Biasanya kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh tengkulak dan sejenisnya, namun alangkah baiknya bila kita sendiri yang melakukannya. Seleksi itu sendiri dimaksudkan untuk memilih mana buah yang termasuk kriteria yang diinginkan pasar dan mana yang tidak. Pada proses sortasi, maka semua buah yang cacat, rusak fisik maupun mekanis, belum matang, dan tidak seragam harus disingkirkan. Setelah seleksi dilakukan maka barulah buah yang memenuhi kriteria tersebut dipisah menurut kelasnya. Buah yang menurut kita bagus belum tentu disukai pasar, sehingga kita perlu memisahkannya. Standar kriteria untuk pengkelasan produk buah bisa kita dapatkan dari Pasar Induk, Pasar Modern seperti Supermarket dan pihak-pihak yang terkait.


Perlakuan Sebelum Pengemasan
Sebelum buah di bawa ke tempat penjualan/agen eskportir, agar buah lebih awet dan lebih tahan serta mencegah kerusakan buah oleh mikroorganisme dapat dilakukan beberapa perlakuan yaitu penundaan kematangan buah. Buah yang sudah masak saat dipanen dan dikirim ke tempat penjualan dalam keadaan sudah terlalu matang maka buah tidak akan bisa bertahan lama sehingga perlakuan khusus pada buah sebelum pengemasan sangat diperlukan.

Pengemasan
Pengemasan buah-buahan dapat dilakukan dengan box kardus, keranjang bambu maupun kayu yang ringan seperti sengon/albasia. Untuk pemasaran ke super market biasanya lebih banyak menggunakan box kardus dibandingkan kayu. Selain untuk keamanan, juga penampilannya lebih menarik. Pengemasan yang baik dan benar dapat menekan kerusakan karena tekanan statis maupun tekanan dinamis selama pengangkutan dapat berkurang.

Pengangkutan
Pengangkutan pada umumnya menggunakan truk yang ditutup dengan terpal. Selain itu dalam pengangkutan agar dihindarkan dari muatan secara berlebihan. Pengangkutan cara demikian perlu diperhatikan dan mempertimbangkan adanya sirkulasi udara di bawah terpal sehingga suhunya tidak terlalu tinggi, selain itu agar dihindarkan pengangkutan dalam bentuk curah karena bisa merusak bentuk fisik buah, apalagi untuk buah-buahan yang sangat rentan terhadap benturan.Bila memungkinan pengangkutan jarak jauh dianjurkan menggunakan box pendingin.

Penyimpanan
Agar buah-buahan yang diterima dari pengirim menjadi lebih tahan lama, maka penyimpanan yang baik disertai dengan beberapa perlakuan sangat diperlukan. Penyimpanan itu sendiri pada prinsipnya sama dengan perlakuan kemasan yaitu mencegah kerusakan dan memperpanjang daya simpan. Penyimpanan yang ideal dan baik adalah menggunakan pendingin, karena suhu yang dingin dapat menghambat kerusakan fisiologis, penguapan serta aktivitas mikroorganisme yang mengganggu sehingga kualitas buah dari mulai panen sampai diterima ditangan konsumen masih tetap terjaga.


Berdasarkan beberapa uraian di atas nampak jelas bahwa kegiatan pasca panen yang dilakukan selama ini belum dilakukan dengan baik dan serius. Hal ini bisa terjadi karena faktor efisiensi, biaya dan ketidaktahuan cara penanganan sehingga penanganan pasca panen dilakukan seadanya. Padahal hal itu keliru karena penanganan yang tidak baik dapat menyebabkan resiko kerusakan buah baik saat panen, dalam perjalanan maupun saat penyimpanan sangat tinggi. Untuk itu, guna menjaga agar mutu buah yang dihasilkan terjaga dan mampu memenuhi harapan konsumen bersaing, sudah selayaknya dan saatnya kita mulai memperhatikan secara intensif kegiatan itu mulai dari saat panen sampai barang tersebut sampai di konsumen. Dengan demikian, kualitas buah yang kita hasilkan akan mampu bersaing dengan produk impor.

Comments